Di antara para ulama hadis, Imam At-Tirmidzi dikenal bukan hanya karena hafalannya yang kuat, tetapi juga karena metodenya yang cerdas dan sistematis dalam menilai hadis Nabi ﷺ. Ia tidak hanya meriwayatkan hadis, tapi juga menjelaskan kualitas, kedudukan, dan pandangan para ulama terhadapnya. Inilah yang membuat karyanya, Sunan At-Tirmidzi, menjadi unik dan sangat berharga di dunia Islam.
Imam At-Tirmidzi hidup di masa keemasan ilmu hadis, di mana ulama seperti Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i juga berkarya. Namun, beliau memiliki ciri khas tersendiri dalam menyusun dan menilai hadis. Ia ingin agar umat Islam bukan hanya membaca hadis, tetapi juga memahami konteks, kekuatan, dan perbedaan pendapat di baliknya.
Dalam Sunan At-Tirmidzi, beliau mengumpulkan sekitar 3.956 hadis yang dipilih dengan cermat dari ratusan ribu riwayat yang ia dengar dari gurunya di berbagai negeri. Ia menata kitabnya berdasarkan bab-bab fikih — mulai dari shalat, zakat, puasa, pernikahan, jual beli, hingga akhlak dan adab.
Metode Imam At-Tirmidzi bisa diringkas dalam beberapa keistimewaan utama:
- Klasifikasi derajat hadis.
Imam At-Tirmidzi dikenal sebagai ulama pertama yang secara konsisten menggunakan istilah hasan untuk hadis yang kualitasnya di antara sahih dan dhaif. Ia menjelaskan alasan penilaiannya, memberikan catatan sanad, dan menilai kekuatan riwayat berdasarkan kejujuran dan hafalan para perawi. - Menampilkan pendapat ulama.
Setiap kali menyebutkan hadis, Imam At-Tirmidzi menambahkan catatan tentang bagaimana para ulama memahami hadis tersebut. Ia menuliskan, “Para ulama mengamalkan hadis ini,” atau “Sebagian ulama berpendapat demikian.” Pendekatan ini membuat kitabnya menjadi jembatan antara ahli hadis dan ahli fikih. - Keseimbangan antara sanad dan makna.
Ia tidak hanya fokus pada keaslian sanad, tetapi juga memperhatikan pemahaman makna hadis. Karena itu, banyak hadis dalam kitabnya disertai penjelasan singkat agar pembaca memahami konteks sosial dan hukum di balik sabda Nabi ﷺ. - Sikap jujur dan obyektif.
Imam At-Tirmidzi tidak segan menulis bahwa suatu hadis lemah jika memang ditemukan kelemahan dalam sanadnya. Ia lebih memilih menulis dengan jujur daripada menambah ketenaran dengan banyaknya riwayat. - Keindahan penyajian dan kelembutan bahasa.
Ia dikenal memiliki gaya penulisan yang tenang, santun, dan mudah dipahami. Hal ini menunjukkan kedalaman adab dan kelembutan hatinya, sebagaimana disaksikan oleh banyak ulama sezamannya.
Imam At-Tirmidzi juga dikenal memiliki hubungan yang erat dengan para ulama lintas mazhab. Ia tidak fanatik pada satu pandangan, melainkan menghormati semua pendapat yang berlandaskan dalil. Karena itu, kitabnya sering disebut sebagai kitab hadis yang juga berfungsi sebagai ensiklopedia fikih klasik.
Para ulama setelahnya sangat menghargai metodologinya. Imam An-Nawawi menyebut bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah kitab hadis yang “menggabungkan antara sanad yang kuat, penjelasan yang jernih, dan pemahaman fikih yang dalam.”
Imam At-Tirmidzi wafat di Tirmidz pada tahun 279 Hijriah (892 M), namun karyanya tetap menjadi cahaya bagi para penuntut ilmu hingga hari ini. Melalui ketelitian dan keikhlasannya, ia mengajarkan bahwa menjaga hadis Nabi ﷺ bukan hanya tugas ilmiah, tapi juga ibadah yang lahir dari cinta dan penghormatan kepada Rasulullah ﷺ.