Suhaib Ar-Rumi adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang kisah hidupnya menggambarkan keteguhan iman, keikhlasan, dan pengorbanan luar biasa. Ia dikenal sebagai sahabat yang berhati lembut, dermawan, dan sangat dicintai Rasulullah ﷺ.
Nama lengkapnya adalah Suhaib bin Sinan Ar-Rumi. Julukan “Ar-Rumi” muncul karena ia sempat lama tinggal di wilayah kekuasaan Romawi, hingga logat dan penampilannya menyerupai orang Eropa. Padahal, ia berasal dari bangsa Arab yang terlahir di wilayah Irak.
Saat masih kecil, Suhaib diculik oleh tentara Bizantium dalam sebuah serangan dan dijual sebagai budak. Selama bertahun-tahun ia hidup di negeri asing, belajar bahasa dan budaya Romawi, hingga akhirnya berhasil melarikan diri ke Makkah. Di kota itu, ia memulai hidup baru dengan bekerja keras sampai menjadi orang yang cukup terpandang.
Ketika mendengar dakwah Nabi Muhammad ﷺ, Suhaib langsung tertarik dengan ajaran tauhid dan keadilan Islam. Ia kemudian memeluk Islam bersama sahabat lain seperti Ammar bin Yasir dan Bilal bin Rabah. Meski mendapat tekanan berat dari kaum Quraisy, Suhaib tidak pernah goyah dalam keimanannya.
Salah satu sifat paling menonjol dari Suhaib adalah kedermawanannya. Rasulullah ﷺ pernah memujinya karena sifatnya yang suka memberi, bahkan saat dirinya sendiri tidak memiliki banyak harta. Suhaib selalu membagikan makanan, pakaian, dan bantuan kepada orang yang membutuhkan tanpa pamrih.
Keberaniannya juga patut diteladani. Ia pernah berkata, “Aku tidak menyesal kehilangan dunia, karena aku telah membeli iman dengan harga tertinggi.” Kalimat ini menggambarkan betapa kuatnya keyakinan Suhaib bahwa kebahagiaan sejati ada pada ridha Allah, bukan pada kekayaan atau kedudukan.
Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Suhaib tetap aktif dalam urusan umat. Ia dipercaya menjadi imam shalat sementara setelah meninggalnya Umar bin Khattab — sebuah kehormatan yang menandakan betapa tinggi kepercayaan para sahabat kepadanya.
Kehidupan Suhaib Ar-Rumi mengajarkan bahwa asal-usul dan status sosial bukanlah penghalang untuk mencapai kemuliaan. Dari seorang budak asing, ia naik derajat menjadi sahabat Nabi yang mulia karena keimanannya yang tulus dan amalnya yang ikhlas.
Ia adalah bukti nyata bahwa dalam Islam, yang paling dihormati bukanlah yang paling kaya atau berkuasa, melainkan yang paling bertakwa.