Suhaib Ar-Rumi adalah salah satu sahabat Nabi ﷺ yang dikenal karena keikhlasan hatinya dan pengorbanannya yang luar biasa di jalan Allah. Ia bukan hanya seorang pejuang yang gagah berani, tapi juga sosok yang lembut dan penuh kasih. Dari kehidupannya, umat Islam belajar arti tulus dalam berjuang tanpa pamrih.
Suhaib berasal dari keluarga Arab yang hidup di wilayah Irak. Saat masih kecil, ia ditangkap oleh pasukan Romawi dan dijual sebagai budak. Bertahun-tahun lamanya ia hidup di negeri asing, hingga akhirnya melarikan diri ke Makkah dan memulai hidup baru di sana. Melalui kerja keras dan kejujurannya, Suhaib akhirnya dikenal sebagai pedagang yang sukses dan disegani.
Namun, begitu mendengar risalah Nabi Muhammad ﷺ, Suhaib langsung tertarik dengan ajaran tauhid yang dibawa Islam. Ia melihat kebenaran yang selama ini dicarinya. Tanpa ragu, ia memeluk Islam dan meninggalkan kehidupan lamanya yang penuh kenyamanan.
Keikhlasan Suhaib paling nyata terlihat saat hijrahnya ke Madinah. Ketika kaum Quraisy menghalangi kepergiannya dan menuduhnya akan lari membawa kekayaan, ia dengan tegas menawarkan seluruh hartanya asalkan diperbolehkan pergi. Ia berkata, “Ambillah semuanya, dan biarkan aku menyusul Rasulullah.”
Peristiwa itu membuat Rasulullah ﷺ bersabda, “Rabiha al-bay’u yaa Suhaib — Sungguh beruntung perniagaanmu, wahai Suhaib.” Sebuah kalimat yang menandakan bahwa Allah menerima pengorbanannya sebagai amalan yang sangat bernilai.
Selain dikenal ikhlas, Suhaib juga memiliki hati yang sangat dermawan. Ia selalu berbagi makanan dengan orang lain, bahkan saat dirinya kekurangan. Ia sering berkata, “Jika aku memiliki dua potong roti, yang satu pasti untuk saudaraku.”
Dalam keseharian, Suhaib juga dikenal suka tersenyum dan tidak mudah marah. Rasulullah ﷺ pernah menyebutnya sebagai orang yang penuh cinta dan humor, namun tetap tegas dalam iman. Sifat lembutnya membuat banyak orang tertarik mendekat dan belajar darinya.
Ketika Umar bin Khattab wafat, Suhaib dipercaya menjadi imam shalat bagi umat Muslim di Madinah — sebuah tanda kehormatan besar bagi seorang sahabat yang berasal dari bangsa asing.
Dari Suhaib Ar-Rumi, kita belajar bahwa nilai seseorang di sisi Allah tidak ditentukan oleh asal-usul atau status sosial, melainkan oleh keikhlasan hati dan pengorbanannya. Ia rela kehilangan segalanya demi Allah, dan justru mendapatkan segalanya di akhirat.
Keikhlasannya adalah cermin bahwa Islam sejati bukan hanya tentang kata-kata, tetapi tentang tindakan nyata yang dilandasi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.