Monitorday.com – Nama Namrud tidak disebutkan secara langsung dalam Al-Qur’an, namun para mufassir menafsirkan bahwa kisah raja yang berdialog dengan Nabi Ibrahim merujuk kepadanya. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 258, Allah menyebutkan tentang seseorang yang membantah Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah memberinya kekuasaan di bumi.
Para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang itu adalah Namrud bin Kan’an, seorang raja besar di Babilonia. Ia mendapatkan kekuasaan yang luas, namun alih-alih bersyukur, ia justru kufur dan menentang Allah. Tafsir menekankan bahwa ayat ini adalah simbol keangkuhan manusia yang merasa hebat karena harta dan kedudukan.
Kisah Namrud juga banyak dijadikan contoh dalam tafsir tentang sifat manusia yang congkak. Ia mewakili sosok yang menolak hidayah meski kebenaran sudah jelas di hadapannya. Bahkan setelah kalah dalam debat dengan Nabi Ibrahim, ia tetap tidak mau tunduk.
Tafsir klasik menjelaskan bahwa kekuasaan yang tidak disertai iman akan membawa pada kesombongan dan kebinasaan. Namrud adalah contoh nyata bahwa manusia tidak akan pernah bisa menandingi kuasa Allah.
Pesan utama dari kisah Namrud dalam Al-Qur’an dan tafsir adalah bahwa kekuasaan duniawi hanya sementara. Ketika digunakan untuk menentang Allah, ia akan menjadi sebab kehancuran, bukan kejayaan.