Ruang Sujud

Sejarah Kota Bukhara: Dari Pusat Perdagangan hingga Pusat Peradaban Islam

Monitorday.com – Sejarah Bukhara panjang dan penuh warna, mencerminkan dinamika Asia Tengah sebagai persimpangan dunia. Kota ini telah dihuni sejak ribuan tahun lalu, tetapi baru benar-benar terkenal setelah menjadi salah satu titik penting di Jalur Sutra. Pedagang dari Tiongkok, India, Persia, dan Arab singgah di Bukhara, menjadikannya pusat perdagangan yang makmur.

Ketika Islam masuk ke Asia Tengah pada abad ke-8, Bukhara segera menjadi kota penting. Pada masa Dinasti Samanid (819–999 M), Bukhara dijadikan ibu kota dan berkembang sebagai pusat ilmu pengetahuan. Dinasti ini mendukung pembangunan masjid, madrasah, dan perpustakaan, menjadikan Bukhara mercusuar Islam di Asia Tengah.

Salah satu simbol kejayaan masa Samanid adalah Mausoleum Samanid, yang dianggap sebagai salah satu contoh awal arsitektur Islam di Asia Tengah. Bangunan ini menunjukkan kemampuan tinggi para arsitek Muslim dalam memadukan seni dan spiritualitas.

Namun, perjalanan Bukhara tidak selalu mulus. Kota ini beberapa kali jatuh ke tangan penakluk, mulai dari bangsa Mongol di bawah Jenghis Khan pada abad ke-13 hingga Dinasti Timurid. Meski begitu, Bukhara tetap bangkit dan mempertahankan perannya sebagai pusat kebudayaan dan agama.

Pada abad ke-16, Bukhara menjadi ibu kota Kekhanan Bukhara di bawah dinasti Shaybanid. Kota ini kembali mengalami masa keemasan dengan pembangunan madrasah megah seperti Mir-i Arab dan Ulugh Beg.

Sejarah panjang Bukhara menunjukkan bahwa kota ini bukan hanya saksi perdagangan, tetapi juga medan lahirnya peradaban besar. Jejak sejarah itu masih terlihat jelas dalam bangunan, tradisi, dan identitas masyarakat Bukhara hingga kini.

Exit mobile version