Monitorday.com – Sejarah Karbala tidak bisa dilepaskan dari peristiwa pengorbanan Imam Husain. Namun, kota ini juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam dalam tradisi Islam. Sejak tragedi 680 M, Karbala menjadi simbol kesetiaan, keteguhan iman, dan perlawanan terhadap penindasan.
Dalam tradisi Syiah, ziarah ke Karbala memiliki nilai yang sangat tinggi. Mereka meyakini bahwa berziarah ke makam Imam Husain dapat membawa pahala besar dan menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah. Tradisi ini melahirkan salah satu peristiwa ziarah terbesar di dunia: Arba’in, yang memperingati 40 hari setelah Asyura. Jutaan orang dari berbagai negara berjalan kaki menuju Karbala dalam tradisi ini.
Selain itu, Karbala juga menjadi pusat pendidikan agama. Banyak ulama besar Syiah yang lahir dan mengajar di kota ini. Karbala menjadi tempat berkembangnya tradisi keilmuan, tafsir, fiqh, dan filsafat Islam.
Dari perspektif Sunni, Karbala juga tetap dipandang sebagai tanah bersejarah yang penuh pelajaran. Imam Husain dipuji sebagai pemimpin yang berani melawan kezaliman. Kisah pengorbanannya dijadikan teladan tentang pentingnya menegakkan kebenaran meski menghadapi risiko besar.
Spiritualitas Karbala bukan hanya milik satu kelompok, tetapi milik seluruh umat Islam. Nilai-nilai yang lahir dari tragedi ini bersifat universal: keberanian, pengorbanan, dan keadilan.