Monitorday.com – Bukhara adalah salah satu kota legendaris di Asia Tengah yang pernah menjadi pusat peradaban Islam. Terletak di Uzbekistan modern, kota ini dahulu berdiri megah di sepanjang Jalur Sutra, jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Tiongkok dengan Eropa. Karena posisinya yang strategis, Bukhara berkembang pesat sebagai pusat ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Sejak abad ke-9, Bukhara dikenal sebagai kota Islam yang penuh cahaya. Di bawah kekuasaan Dinasti Samanid, Bukhara menjadi ibu kota yang memancarkan pengaruh besar di Asia Tengah. Kota ini dipenuhi masjid, madrasah, dan pasar, menjadikannya simbol kejayaan Islam di wilayah tersebut.
Julukan “Permata Islam” bukanlah tanpa alasan. Bukhara dihiasi dengan arsitektur indah, seperti Masjid Kalon dan kompleks Poi-Kalyan, yang hingga kini masih berdiri megah. Menara Kalon, misalnya, menjadi salah satu landmark paling terkenal yang dahulu digunakan tidak hanya sebagai menara azan, tetapi juga sebagai mercusuar bagi para pedagang di gurun.
Selain arsitektur, Bukhara juga melahirkan banyak ulama besar. Tokoh seperti Imam al-Bukhari, penyusun kitab Sahih al-Bukhari, berasal dari kota ini. Karya-karyanya menjadi rujukan utama dalam hadis hingga sekarang. Dengan demikian, Bukhara bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga pusat ilmu yang mewariskan peradaban Islam ke seluruh dunia.
Keindahan Bukhara semakin terasa dengan perpaduan budaya. Kota ini mempertemukan bangsa Persia, Turki, Arab, dan Mongol, sehingga menghasilkan tradisi yang kaya. Warisan itu masih hidup dalam bentuk arsitektur, seni, dan adat masyarakatnya hingga kini.
Bukhara adalah bukti nyata bagaimana Islam pernah berjaya di Jalur Sutra. Sebagai permata Islam, kota ini terus memancarkan pesona sejarah dan spiritualitasnya kepada dunia modern.