Monitorday.com – Baghdad adalah kota yang pernah bersinar terang, tetapi juga mengalami tragedi besar. Dari pusat kejayaan Abbasiyah hingga kehancuran akibat peperangan, perjalanan sejarah Baghdad memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat manusia.
Tragedi terbesar yang menimpa Baghdad terjadi pada tahun 1258 ketika pasukan Mongol menyerbu kota. Ribuan manuskrip berharga di Bayt al-Hikmah dibakar atau dibuang ke Sungai Tigris, membuat air sungai berubah warna karena tinta buku. Tragedi ini menghancurkan pusat ilmu pengetahuan dunia saat itu.
Di era modern, Baghdad kembali mengalami penderitaan akibat konflik politik. Invasi Amerika Serikat pada tahun 2003 menghancurkan banyak infrastruktur kota. Perang, terorisme, dan konflik sektarian memperburuk kondisi sosial-ekonomi penduduk Baghdad.
Namun, meski berulang kali hancur, Baghdad tidak pernah benar-benar mati. Kota ini selalu bangkit kembali, meski perlahan. Masyarakatnya tetap mempertahankan identitas budaya, seni, dan semangat untuk hidup. Warisan arsitektur Islam, masjid tua, dan tradisi sastra masih terjaga di tengah berbagai tantangan.
Pelajaran penting dari Baghdad adalah bahwa kejayaan sebuah kota bergantung pada ilmu pengetahuan, persatuan, dan kedamaian. Selama masyarakat menjaga ketiga hal tersebut, peradaban akan bertahan. Sebaliknya, ketika perpecahan dan perang menguasai, peradaban runtuh seketika.
Kebangkitan Baghdad di masa depan sangat mungkin terjadi jika dunia Islam kembali meneladani semangat ilmu pengetahuan dan budaya yang dulu menjadikan kota ini mercusuar dunia. Dengan menjaga persatuan dan menghidupkan tradisi ilmiah, Baghdad bisa kembali bersinar sebagai pusat peradaban modern.