Monitorday.com – Gua Hira adalah salah satu tempat paling bersejarah dalam Islam. Terletak di Jabal Nur, sekitar 5 kilometer dari Kota Makkah, gua kecil ini menjadi saksi turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah Muhammad SAW. Di sinilah perjalanan risalah Islam dimulai, yang kemudian mengubah wajah peradaban dunia.
Sejak sebelum diangkat menjadi Nabi, Muhammad sering menyendiri di Gua Hira. Beliau merenung, beribadah, dan mencari kebenaran sejati di tengah masyarakat Quraisy yang diliputi penyembahan berhala, pertikaian, dan ketidakadilan sosial. Kehidupan menyendiri ini menunjukkan betapa Rasulullah memiliki jiwa yang bersih dan haus akan petunjuk Allah.
Pada usia 40 tahun, tepatnya di bulan Ramadan, saat beliau sedang beribadah di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril membawa wahyu pertama. Jibril berkata, “Iqra’!” (Bacalah). Rasulullah yang tidak bisa membaca menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Perintah ini diulang hingga tiga kali, lalu turunlah QS. Al-‘Alaq ayat 1–5, yang menegaskan pentingnya ilmu, membaca, dan pengetahuan.
Peristiwa di Gua Hira menjadi titik awal kenabian Muhammad. Dari tempat sunyi itulah, cahaya wahyu pertama memancar dan menerangi dunia. Rasulullah pulang dengan perasaan gemetar, lalu dikuatkan oleh istrinya, Khadijah, yang menenangkannya dan membawanya menemui Waraqah bin Naufal, seorang ahli kitab.
Gua Hira tidak hanya menjadi tempat turunnya wahyu pertama, tetapi juga simbol awal kebangkitan Islam. Wahyu yang turun menegaskan bahwa Islam adalah agama ilmu, bacaan, dan pendidikan.
Hingga kini, Gua Hira menjadi salah satu tempat ziarah penting di Makkah. Banyak jamaah haji dan umrah mendaki Jabal Nur untuk merasakan jejak sejarah. Meski pendakian terjal dan melelahkan, sampai di gua itu mengingatkan umat akan perjuangan Rasulullah dalam menerima amanah besar sebagai Nabi terakhir.