Ruang Sujud

Jenis-Jenis Takbir: Takbir Mursal, Muqayyad, dan Perbedaannya

Dalam tradisi Islam, takbir tidak hanya diucapkan secara umum sebagai bentuk pengagungan kepada Allah, tetapi juga memiliki jenis-jenis tertentu yang diatur dalam waktu dan situasi tertentu. Dua jenis takbir yang dikenal secara luas adalah takbir mursal dan takbir muqayyad. Meski sama-sama mengucapkan “Allahu Akbar”, keduanya memiliki perbedaan penting dalam penerapan dan waktu pelaksanaannya.

Takbir mursal adalah takbir yang diucapkan secara bebas tanpa terikat dengan waktu atau ibadah tertentu. Takbir ini biasanya mulai dikumandangkan sejak malam Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, dan dilantunkan secara terus-menerus hingga waktu salat. Di malam Idul Fitri, takbir mursal mulai dikumandangkan setelah matahari terbenam pada tanggal 1 Syawal, hingga imam naik mimbar untuk khutbah salat Id.

Sedangkan takbir muqayyad adalah takbir yang diikat oleh waktu tertentu, khususnya setelah salat wajib berjamaah. Takbir ini dikenal luas dalam konteks Hari Raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah). Takbir muqayyad dimulai sejak subuh tanggal 9 Dzulhijjah (bagi yang tidak wukuf di Arafah) atau setelah salat Idul Adha (bagi yang wukuf), dan berakhir setelah salat Ashar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Takbir ini diucapkan setiap selesai salat wajib lima waktu sebagai bentuk dzikir tambahan.

Tujuan dari pembagian ini adalah agar umat Islam mengisi waktu-waktu mulia dengan dzikir kepada Allah. Takbir mursal memberikan kesempatan untuk menyemarakkan malam raya dengan penuh keimanan dan syiar Islam. Sementara takbir muqayyad mengajarkan disiplin dalam berdzikir pada momen-momen spesial, menegaskan bahwa kebesaran Allah harus selalu diingat bahkan setelah menyelesaikan kewajiban salat.

Perbedaan lainnya juga terletak pada bentuk pengucapannya. Takbir mursal biasanya dilakukan secara berjamaah, lantang, dan semarak, baik di masjid, rumah, atau bahkan di jalan-jalan. Sementara takbir muqayyad lebih bersifat pribadi atau dilakukan bersama jamaah salat setelah salam, dengan nada yang lebih tenang dan khusyuk.

Para ulama sepakat bahwa kedua jenis takbir ini memiliki dasar dalam praktik Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Bahkan, dalam banyak riwayat disebutkan bahwa para sahabat seperti Ibnu Umar dan Abu Hurairah berjalan di pasar sambil bertakbir, dan masyarakat pun ikut menyambut takbir tersebut. Ini menunjukkan bahwa takbir bukan hanya ibadah personal, tetapi juga syiar sosial yang memperkuat nuansa keislaman di tengah masyarakat.

Dengan memahami perbedaan dan waktu pelaksanaan kedua jenis takbir ini, kita sebagai Muslim dapat lebih maksimal dalam menjalankan ibadah, khususnya saat hari raya. Takbir bukan hanya sekadar ucapan lisan, melainkan energi spiritual yang mengisi ruang dan waktu dengan pujian kepada Sang Pencipta.

Exit mobile version