Bayangkan sedang duduk santai, lalu seseorang diam-diam membaca isi chat di ponselmu. Nggak nyaman, kan? Itulah yang disebut dengan tajassus—perilaku mengintip atau memata-matai orang lain tanpa izin. Dalam Islam, tajassus bukan hanya tidak sopan, tapi juga bisa berdampak buruk secara sosial dan spiritual.
Tajassus merusak kepercayaan. Di dalam sebuah komunitas atau keluarga, kepercayaan adalah fondasi utama. Begitu seseorang merasa diawasi diam-diam, hubungan bisa retak. Rasa saling percaya berubah jadi curiga, dan suasana pun jadi tak sehat. Dalam jangka panjang, masyarakat yang saling mencurigai akan kehilangan solidaritas dan kasih sayang.
Tak hanya itu, tajassus bisa memicu dosa-dosa lain. Ketika seseorang sudah terbiasa mencari-cari aib orang lain, godaan untuk menyebarkannya sangat besar. Padahal, membuka aib orang lain bisa berujung pada gibah, fitnah, bahkan merusak nama baik seseorang tanpa alasan yang jelas. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Di zaman serba digital ini, bentuk tajassus semakin beragam. Dari menyadap pesan pribadi, membuka akun media sosial orang tanpa izin, hingga memasang aplikasi pelacak lokasi. Semua ini sering dianggap sepele, padahal secara etika dan agama, itu termasuk pelanggaran terhadap privasi dan kehormatan manusia.
Yang lebih mengkhawatirkan, tajassus bisa memicu konflik yang lebih besar. Informasi yang diperoleh dari kegiatan memata-matai sering kali disalahartikan, dipotong-potong, atau digunakan untuk menjatuhkan seseorang. Maka tak heran jika tajassus sering jadi pemantik keributan di rumah tangga, pertemanan, bahkan ranah politik.
Bahaya tajassus bukan hanya pada orang yang jadi korban, tapi juga pada pelakunya. Semakin sering seseorang mencari-cari kesalahan orang lain, semakin ia terjebak dalam dosa dan lupa memperbaiki dirinya sendiri. Padahal, dalam Islam kita diajarkan untuk fokus pada perbaikan diri, bukan sibuk menilai hidup orang lain.
Kesimpulannya, tajassus adalah praktik yang merusak. Ia menghancurkan privasi, menurunkan martabat, dan menodai nilai-nilai Islam yang luhur. Jika kita ingin menciptakan masyarakat yang damai dan saling percaya, maka menjauhi tajassus adalah salah satu langkah awal yang penting.