Konsep takdir merupakan salah satu bagian paling mendalam dalam akidah Islam. Ia menyimpan banyak pertanyaan dan rasa penasaran dalam benak umat Muslim. Di antara pertanyaan yang sering muncul adalah: Apakah takdir bisa diubah? Dan bagaimana hubungan takdir dengan Lauhul Mahfuzh, yaitu kitab catatan di sisi Allah? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menelusuri pengertian Lauhul Mahfuzh, jenis-jenis takdir, dan bagaimana Islam memandang perubahan dalam kehidupan manusia.
Apa Itu Lauhul Mahfuzh?
Lauhul Mahfuzh secara harfiah berarti “papan yang terpelihara”. Dalam ajaran Islam, ia adalah kitab catatan yang berada di sisi Allah, tempat tertulisnya segala hal yang terjadi di alam semesta — dari awal penciptaan hingga akhir zaman. Segala sesuatu yang terjadi, mulai dari kelahiran, rezeki, ajal, pertemuan, hingga perpisahan, semuanya telah ditulis dalam Lauhul Mahfuzh.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(QS. Al-Hadid: 22)
Ayat ini menegaskan bahwa semua peristiwa, bahkan sebelum terjadi, telah tercatat rapi dalam kitab tersebut. Namun, muncul pertanyaan: Kalau semua sudah tertulis, apakah manusia masih bisa mengubah takdirnya?
Jenis-Jenis Takdir dalam Islam
Untuk memahami hal ini, para ulama membagi takdir menjadi dua jenis utama:
-
Takdir Mubram (takdir pasti)
Ini adalah takdir yang sudah ditetapkan secara final dan tidak akan berubah, karena sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh. Contohnya adalah hari kiamat, kematian seseorang (ajal), dan ketetapan Allah terhadap alam semesta secara keseluruhan. Takdir jenis ini bersifat mutlak. -
Takdir Muallaq (takdir yang tergantung)
Ini adalah takdir yang ditangguhkan atau tergantung pada usaha manusia dan izin Allah. Contohnya: seseorang yang sakit bisa sembuh jika berobat dan berdoa. Dalam takdir muallaq, perubahan bisa terjadi melalui doa, sedekah, amal saleh, dan ikhtiar lainnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa.”
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan bahwa ada takdir yang bisa berubah, namun tentunya tetap dalam batasan ilmu Allah yang telah mencakup semua kemungkinan.
Takdir Bisa Berubah? Bagaimana?
Pertanyaan “apakah takdir bisa diubah?” bisa dijawab ya, tetapi dengan pemahaman yang benar. Perubahan yang terjadi tidak keluar dari catatan Allah. Misalnya, dalam Lauhul Mahfuzh sudah tertulis: “Jika si Fulan berdoa, maka ia akan sembuh. Jika tidak berdoa, maka ia akan terus sakit.” Maka apapun yang dilakukan Fulan, baik berdoa atau tidak, semuanya sudah tercatat sebelumnya.
Dengan kata lain, perubahan yang terjadi di dunia ini tidak bertentangan dengan Lauhul Mahfuzh. Semua pilihan dan skenario hidup sudah masuk dalam catatan ilmu Allah. Itulah mengapa meskipun takdir terlihat berubah dari sudut pandang manusia, sebenarnya semua itu adalah bagian dari kehendak dan ketentuan Allah yang sempurna.
Peran Doa dan Usaha dalam Takdir
Salah satu hikmah penting dari pembagian takdir adalah untuk memotivasi manusia agar tidak pasrah secara buta. Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu berusaha, bekerja keras, dan berdoa — bukan hanya menyerah pada nasib.
Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya seseorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni surga hingga jarak antara dia dan surga hanya tinggal satu hasta, namun catatan telah mendahuluinya sehingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu masuk neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa seseorang bisa mengubah nasib hidupnya — dari baik menjadi buruk, atau sebaliknya — tergantung pada amal dan keputusannya.
Mengapa Allah Tetap Mencatat Segalanya Jika Bisa Berubah?
Mungkin muncul pertanyaan, “Kalau takdir bisa berubah, mengapa Allah tetap mencatatnya?” Jawabannya adalah: ilmu Allah tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Allah sudah mengetahui semua skenario yang akan terjadi, termasuk kemungkinan perubahan karena doa atau usaha. Maka catatan dalam Lauhul Mahfuzh mencakup semua kemungkinan tersebut secara sempurna.
Misalnya: “Jika Ahmad berdoa dan bersedekah, maka hidupnya akan dimudahkan. Jika ia bermalas-malasan, maka hidupnya akan sulit.” Maka saat Ahmad memilih jalan tertentu, takdir itu berjalan sesuai pilihan tersebut — dan semuanya sudah Allah catat.
Hikmah Memahami Takdir dan Lauhul Mahfuzh
-
Menumbuhkan semangat ikhtiar dan doa
Mengetahui bahwa takdir tertentu bisa berubah memotivasi kita untuk terus berusaha dan berdoa kepada Allah. -
Menghindari sikap fatalis
Islam tidak mengajarkan pasrah tanpa usaha. Justru kita diperintahkan untuk bertindak aktif dalam hidup ini. -
Meningkatkan keimanan
Memahami bahwa semua yang terjadi sudah dalam catatan Allah membuat hati menjadi lebih tenang dan yakin bahwa Allah selalu punya rencana terbaik. -
Menumbuhkan harapan
Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Selama masih hidup, setiap manusia memiliki peluang untuk memperbaiki takdirnya.
Penutup
Takdir adalah misteri ilahi yang tidak sepenuhnya bisa dijangkau akal manusia. Namun, Islam memberikan kita arahan yang jelas: Lauhul Mahfuzh adalah kitab catatan yang mencerminkan ilmu Allah yang sempurna, dan di dalamnya sudah tercatat segala kemungkinan yang akan terjadi. Takdir bisa tampak berubah dari sisi manusia, namun semuanya tetap dalam kendali dan ilmu Allah.
Maka tugas kita bukan untuk menebak takdir, melainkan berusaha, berdoa, dan bertawakal. Sebab dalam Islam, berjuang memperbaiki diri adalah bagian dari iman kepada takdir itu sendiri.