Israel “dengan sengaja” menjadikan situs-situs arkeologi di Gaza sebagai target serangan udaranya selama lebih dari 15 bulan perang.
Menteri Pariwisata dan Kepurbakalaan Palestina, Hani Al-Hayek, menyatakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari genosida.
Pernyataan tersebut disampaikan pada sesi penutupan workshop di Kairo yang diselenggarakan oleh Pusat Pelestarian Warisan Budaya Palestina (CCHP).
Workshop itu bekerja sama dengan Yayasan Penyelamatan Warisan Budaya Mesir (EHRF), menurut kantor berita resmi Palestina, Wafa.
Hani mengungkapkan bahwa lebih dari 226 situs arkeologi dan sejarah di Gaza telah mengalami kerusakan parah.
Saat ini, upaya penyelamatan dan pemulihan warisan budaya sedang dilakukan.
Dia menegaskan bahwa pendudukan Israel dengan sengaja menargetkan situs-situs arkeologi di Gaza.
Namun, Hani menekankan bahwa mereka bertekad untuk membangun kembali dan memulihkannya.
Situs-situs tersebut adalah bagian penting dari sejarah rakyat Palestina di tanah ini.
Hani menyatakan bahwa adalah tugas mereka untuk mengembalikannya seperti semula.
Pada 6 Februari lalu, arkeolog Prancis Simon Brelaud memperingatkan bahwa pasukan penjajah Israel telah menghancurkan sebagian besar situs bersejarah di Gaza.
Dia menekankan bahwa penghancuran ini membahayakan masa depan arkeologi di wilayah tersebut.
Gaza adalah wilayah kuno yang telah menjadi saksi beberapa peradaban, termasuk Firaun, Yunani, Romawi, Bizantium, Kanaan, dan Fenisia.
Peradaban terakhir yang menguasai wilayah ini adalah Islam.
Kerusakan yang terjadi pada situs-situs ini menjadi perhatian serius bagi pelestarian warisan budaya.
Upaya pemulihan diharapkan dapat mengembalikan nilai sejarah yang hilang akibat konflik.
