Sebuah survei baru menemukan bahwa mayoritas warga Amerika menentang rencana Presiden Donald Trump agar AS menguasai Gaza.
Mayoritas partisipan menyatakan penolakan yang kuat terhadap rencana tersebut, dengan 47 persen mengatakan bahwa mereka “sangat” menentang.
Sebanyak 17 persen responden menyatakan bahwa mereka “agak” menentang rencana Trump menurut survei yang dilakukan oleh Data for Progress.
Di antara pemilih Partai Demokrat, 85 persen menentang rencana tersebut, sementara 43 persen dari Partai Republik juga menentangnya.
Namun, 46 persen responden dari Partai Republik mendukung rencana tersebut.
Jajak pendapat ini melibatkan 1.200 responden di seluruh AS dan menguraikan bahwa rencana itu akan melibatkan pemindahan paksa sekitar 1,8 juta orang Palestina.
Data for Progress menyatakan bahwa mayoritas pemilih menolak AS mengambil alih kendali atas Gaza dan menggusur penduduk Palestina.
Rencana Trump untuk mengusir warga Palestina ditolak secara luas oleh warga Palestina dan dunia Arab serta Muslim.
Rencana ini muncul di tengah perjanjian gencatan senjata yang rapuh yang mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari.
Gencatan senjata ini menghentikan pembantaian yang dilakukan ‘Israel’ selama 15 bulan, yang telah menewaskan lebih dari 48.200 orang.
Penjajah ‘Israel’ telah mempertahankan blokade di Gaza selama bertahun-tahun, mengubahnya menjadi ‘penjara terbuka terbesar di dunia’.
Selama pembantaian, ‘Israel’ mengungsikan hampir seluruh penduduk Gaza.
Akibatnya, terjadi kekurangan besar-besaran akan kebutuhan dasar, termasuk makanan, air, obat-obatan, dan listrik.
Rencana tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional mengenai hak asasi manusia.
Penolakan terhadap rencana Trump mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap kebijakan luar negeri AS di kawasan tersebut.
