Kelompok Yahudi anti-Zionis Israel dan kelompok aktivis sayap kiri Code Pink menganggap kebakaran dahsyat di Los Angeles merupakan balasan bagi Amerika Serikat (AS) karena mendanai Israel dalam membakar Jalur Gaza, Palestina.
“Ketika pajak AS digunakan untuk membakar orang hidup-hidup di Gaza, kami tidak heran ketika kebakaran itu terjadi di rumah,” ungkap Code Pink di Instagram.
Aktivis sayap kiri dari Code Pink dituduh mengeksploitasi tragedi setelah menghubungkan kebakaran hutan yang dahsyat di California dengan konflik di Gaza.
Mereka mengklaim bahwa keduanya dipicu oleh kebijakan yang menargetkan tanah adat dan pengabaian lingkungan yang lebih luas.
Penyelenggara Code Pink, Olivia DiNucci, memimpin protes di luar kantor Senator Alex Padilla di California pada hari Rabu.
Dia menggunakan kebakaran hutan yang mengamuk di negara bagian itu sebagai platform untuk mempromosikan agenda radikal kelompok tersebut.
DiNucci mengecam dukungan Kongres bagi Israel “untuk terus mengebom dan melenyapkan orang-orang di Gaza.”
Dia menuduh bahwa krisis kebakaran di California adalah bagian dari pola kerusakan global.
DiNucci menghubungkan kehancuran lingkungan dengan konflik di Gaza, tempat Hamas berkuasa.
“Kami menarik persamaan di mana orang-orang di komunitas-komunitas di California dievakuasi dari rumah mereka,” katanya.
Dia menambahkan, “Setiap bom yang meledak sedang diuji dan dibangun di zona-zona pengorbanan di negara ini, di tanah-tanah adat.”
Dia berargumen bahwa prioritas AS menciptakan kerusakan ekologi dan penderitaan manusia.
Code Pink mendesak pengalihan dana federal untuk ganti rugi iklim, perumahan, dan perawatan kesehatan.
Klaim kelompok itu langsung menuai kemarahan yang meluas, dengan banyak yang menuduh Code Pink mengeksploitasi kebakaran California untuk sandiwara politik.
Kritikus menyebut tindakan kelompok itu sebagai “perampasan bencana,” menggunakan penderitaan warga California untuk mempromosikan agenda eko-politik sayap kiri mereka.
Kebakaran hutan di California utamanya disebabkan oleh kekeringan, suhu tinggi, dan pengelolaan lahan yang buruk.
