Organisasi The Halo Trust menyerukan upaya global untuk membersihkan ranjau darat di Suriah pasca-gulingnya Presiden Bashar al-Assad.
Banyak wilayah di Suriah masih dipenuhi ranjau setelah lebih dari 13 tahun perang saudara.
The Halo Trust menyatakan perlunya upaya internasional untuk menghilangkan jutaan peluru dan bahan peledak demi melindungi warga Suriah yang kembali.
Menurut Damian O’Brien, manajer program Halo, ranjau tersebar di ladang, desa, dan kota, membuat warga sangat rentan.
Serangan kelompok oposisi pada akhir November mengakibatkan jatuhnya ibu kota Damaskus pada 7 Desember.
Puluhan ribu warga Suriah menghadapi risiko ranjau darat setiap hari di wilayah yang ditinggalkan pasukan tempur.
Damian O’Brien menekankan bahwa pembersihan puing-puing perang adalah langkah dasar untuk memulihkan Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan tiga orang tewas akibat ledakan ranjau darat di Palmyra pekan lalu.
Lima warga sipil lainnya, termasuk seorang anak, juga tewas akibat ranjau darat di provinsi Hama dan Deir Ezzor.
Kampanye Internasional untuk Melarang Ranjau Darat mencatat 933 kematian akibat ranjau di Suriah tahun lalu.
Suriah tercatat sebagai negara dengan angka kematian tertinggi kedua akibat ranjau setelah Myanmar.
Kelompok Helm Putih melaporkan keberhasilannya memusnahkan 491 bahan peledak tak aktif dalam periode dua minggu terakhir.
Ranjau darat menjadi ancaman besar bagi keluarga pengungsi yang kembali ke kampung halaman mereka.
Warga yang tidak mengetahui lokasi ranjau menghadapi risiko besar di tengah upaya mereka membangun kembali kehidupan.
Bahan peledak yang tertinggal dari perang menghalangi upaya perdamaian dan stabilitas di Suriah.
Pembersihan ranjau darat diperlukan untuk memastikan keamanan dan keberlanjutan hidup bagi warga yang kembali.*