Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir berharap para mufasir menjadi sosok ulul albab demi mencerahkan kehidupan Muslim.
Ia menekankan pentingnya kitab Tafsir at-Tanwir 30 Juz sebagai panduan umat Islam dalam menghadapi dinamika perubahan zaman.
Indonesia sebagai negara majemuk membutuhkan panduan Alquran untuk menghadapi tantangan sosial dan kemajuan bangsa.
Menurut Haedar, mufasir Muhammadiyah memiliki peran penting dalam memberikan arahan keagamaan dan kebangsaan.
Meski berbagai pihak telah berusaha memajukan Indonesia, Haedar mengakui masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
Dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah II di UHAMKA, ia mengingatkan pentingnya panduan yang sejalan dengan nilai Pancasila.
Tafsir at-Tanwir diharapkan mampu memandu umat dan bangsa menuju kemajuan berdasarkan nilai Ketuhanan dan kemanusiaan.
Haedar juga menekankan pentingnya keadilan, adab, dan keselarasan dengan Pancasila dalam merumuskan tafsir.
Para mufasir Muhammadiyah diminta tetap jernih, terbuka pada berbagai pandangan, dan mengambil pemikiran terbaik.
Haedar menegaskan bahwa ulul albab adalah mereka yang memiliki pemahaman mendalam dan mampu menyerap berbagai pandangan.
Ia merujuk Surah Az-Zumar ayat 18 yang menggambarkan sifat ulul albab sebagai sosok yang mengikuti perkataan terbaik.
Muhammadiyah melalui tafsirnya ingin memberikan panduan untuk membangun Indonesia yang adil dan beradab.
Kitab Tafsir at-Tanwir diharapkan selesai pada 2027 dan menjadi kontribusi besar Muhammadiyah bagi umat Islam.
Menurut Haedar, tafsir ini harus memberikan solusi atas masalah bangsa dan menjadi panduan untuk masa depan.
Ia berharap karya tafsir ini mampu menjawab tantangan zaman sekaligus memperkuat kesatuan umat Islam di Indonesia.
Para mufasir Muhammadiyah diingatkan untuk menjadikan tafsir ini sebagai cerminan nilai keagamaan yang mencerahkan.
