Ketika membahas kisah-kisah dalam sejarah Islam yang penuh keutamaan dan inspiratif, tidak akan lengkap tanpa membicarakan peran besar Sayyidah Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW. Kisah pernikahan mereka memiliki kedalaman makna dan menggambarkan kesetiaan serta keberanian dalam mencari kebenaran dan cinta yang tulus.
Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, wanita yang cerdas, kaya, dan berkepribadian mulia, memiliki reputasi yang gemilang di Mekah. Sebelum menjadi istri Rasulullah, ia telah dua kali menikah dan menjadi salah satu pedagang paling sukses di wilayahnya. Namun, keberhasilannya dalam bisnis tidak pernah meredakan keinginannya untuk mencari kebenaran spiritual.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril di Gua Hira. Setelah pengalaman yang luar biasa ini, Rasulullah SAW merasa tertekan dan bingung. Ia bergegas menuju rumah Sayyidah Khadijah untuk mencari dukungan dan ketenangan. Khadijah, dengan kepekaan dan kebijaksanaannya, segera melihat bahwa pengalaman Rasulullah adalah sesuatu yang luar biasa dan berkah dari Allah.
Kisah mencapai puncaknya ketika Khadijah, yang sudah mengagumi Rasulullah karena kejujuran, keberanian, dan kelembutan budi pekertinya, memutuskan untuk melamar beliau. Tawaran pernikahan dari seorang wanita kaya dan terhormat seperti Khadijah bukanlah hal yang biasa pada masa itu, terlebih kepada seorang Rasul yang saat itu tidak memiliki kekayaan material.
Khadijah tidak hanya melihat kelebihan Rasulullah dari segi karakter, tetapi juga menyadari pentingnya perannya dalam mendukung misi ilahi yang diberikan kepadanya. Ia menawarkan dirinya sebagai pasangan hidup Rasulullah dengan sepenuh hati, memberikan dukungan, kepercayaan, dan cinta yang tak tergoyahkan.
Rasulullah SAW menerima lamaran Khadijah dengan penuh syukur dan hormat. Pernikahan mereka tidak hanya menjadi ikatan antara dua individu, tetapi juga merupakan awal dari kemitraan spiritual dan misi keagamaan yang luar biasa. Khadijah menjadi sosok yang memberikan dukungan tanpa syarat bagi Rasulullah dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang melanda.
Selama 25 tahun, Khadijah menjadi pasangan hidup yang setia dan penghibur bagi Rasulullah. Bersama-sama, mereka menghadapi cobaan berat, termasuk boikot suku Quraisy terhadap kaum muslimin dan penderitaan selama tahun kelaparan di Mekah. Namun, cinta dan kesetiaan mereka satu sama lain tidak pernah goyah.
Kisah Sayyidah Khadijah melamar Rasulullah SAW adalah contoh yang menginspirasi tentang pentingnya memiliki pasangan hidup yang mendukung dalam mencapai tujuan rohani. Ia juga menunjukkan bahwa cinta yang tulus dan kesetiaan yang kokoh adalah pondasi yang kuat dalam membangun hubungan yang berkah di dunia dan akhirat.
Bahkan setelah wafatnya Khadijah, Rasulullah SAW tetap memuliakan dan mengingatnya dengan penuh kasih sayang. Keberadaan Khadijah dalam hidup Rasulullah tidak pernah pudar, dan ketenangannya merupakan sumber kekuatan dan inspirasi bagi beliau dalam mengemban risalah kenabian.
Dalam pandangan Islam, kisah pernikahan Rasulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah mengajarkan kita untuk menghargai peran pasangan hidup dalam mendukung dan memperkuat keimanan serta misi spiritual kita. Mereka adalah teladan tentang kesetiaan, pengorbanan, dan cinta yang tulus dalam ikatan pernikahan. Semoga kisah mereka menjadi sumber inspirasi bagi kita semua dalam menjalani kehidupan berkeluarga yang penuh berkah dan keberkatan.
