Penciptaan manusia merupakan salah satu misteri agung yang menjadi fokus perhatian banyak agama, termasuk Islam. Dalam Islam, hadits-hadits Rasulullah SAW memberikan pencerahan mengenai tahapan penciptaan manusia dan amalan terakhirnya. Hadits-hadits ini mengajarkan nilai-nilai spiritual, etika, dan tujuan hidup bagi umat Islam. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa hadits yang membahas tahapan penciptaan manusia dan amalan terakhirnya dalam perspektif Islam.
Salah satu hadits yang menggambarkan tahapan penciptaan manusia adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan selama empat puluh hari dalam rahim ibunya sebagai air mani, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi seketul daging selama itu pula. Kemudian, diutuslah kepadanya malaikat, lalu meniupkan ruh kepadanya, dan diperintahkan menuliskan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.” Hadits ini menunjukkan betapa rinci proses penciptaan manusia yang dimulai dari saat pembuahan hingga pemberian ruh oleh malaikat.
Proses penciptaan manusia dalam hadits tersebut mencerminkan keagungan Allah SWT sebagai Pencipta. Manusia bukanlah hasil kebetulan, melainkan rancangan ilahi yang indah dan sempurna. Rasa kagum terhadap penciptaan manusia seharusnya mendorong umat Islam untuk lebih menghargai kehidupan dan menjaga tubuh sebagai anugerah Allah.
Selain membahas tahapan penciptaan, hadits juga menyoroti amalan terakhir manusia. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang mungkin beramal seperti ahlul jannah (penghuni surga), sehingga tidak ada yang memisahkan antara dirinya dan surga kecuali jarak sejengkal. Tiba-tiba, takdir Allah melahirkannya ke dalam neraka. Dan seseorang mungkin beramal seperti ahlul naar (penghuni neraka), sehingga tidak ada yang memisahkan antara dirinya dan neraka kecuali jarak sejengkal. Tiba-tiba, takdir Allah memberikannya masuk ke dalam surga.” Hadits ini menekankan bahwa amalan terakhir seseorang sangat menentukan nasib akhirnya. Hal ini menegaskan pentingnya konsistensi dalam beribadah dan berbuat kebaikan hingga akhir hayat.
Penting untuk diingat bahwa amalan terakhir tidak hanya mencakup ibadah ritual semata, tetapi juga perilaku sehari-hari dan sikap hati. Ketaatan kepada Allah, kejujuran, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama adalah amalan-amalan yang memiliki dampak besar pada akhirat. Sebaliknya, keingkaran, kedzaliman, dan perilaku buruk dapat merugikan seseorang di akhirat meskipun memiliki amalan baik dalam beberapa periode hidupnya.
Rasulullah SAW juga menunjukkan pentingnya bertaubat dan terus memperbaiki diri hingga akhir hayat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang bertaubat sebelum matinya, maka Allah menerima taubatnya.” Pesan ini mengingatkan umat Islam bahwa tidak pernah terlambat untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah selalu terbuka untuk menerima taubat hamba-Nya yang sungguh-sungguh bertaubat dengan tulus.
Sebagai umat Islam, kita diingatkan agar senantiasa merenungi tahapan penciptaan manusia dan menjadikan amalan terakhir sebagai prioritas. Keimanan, ketaqwaan, dan amalan baik merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan merujuk pada hadits-hadits Rasulullah SAW, kita dapat memandu hidup dengan nilai-nilai Islam yang kokoh dan meraih kesuksesan di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.