Dalam kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, terdapat momen-momen di mana beliau mengekspresikan rasa kekecewaan atau ketidakpuasan terhadap perilaku tertentu, termasuk dari istri-istrinya. Namun, penting untuk dicatat bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam menjaga kesabaran, kebijaksanaan, dan kasih sayang dalam hubungan dengan istri-istrinya.
Salah satu contoh yang sering disebutkan adalah insiden di mana Rasulullah merasa kecewa dengan beberapa istri beliau karena mereka bersekongkol dalam suatu masalah kecil yang berkaitan dengan rasa cemburu. Pada suatu waktu, istri-istri beliau meminta agar beliau memperlakukan mereka secara adil dan menyamakan pemberian yang beliau berikan kepada salah satu istri dengan istri-istri lainnya. Hal ini berkaitan dengan perhatian dan hadiah yang diberikan kepada salah satu istri beliau, Hafsah binti Umar.
Rasulullah merasa terganggu dengan situasi tersebut dan merasa bahwa mereka telah melanggar perjanjian dan rasa saling percaya di antara mereka. Beliau kemudian mengambil sikap dengan memutuskan untuk mengasingkan diri dari istri-istrinya selama beberapa waktu sebagai bentuk ketidakpuasan atas perbuatan mereka.
Namun, penting untuk dipahami bahwa Rasulullah tetap bertindak dengan kebijaksanaan dan kesabaran dalam menghadapi situasi tersebut. Beliau tidak pernah melakukan tindakan yang menyimpang dari norma-norma etika Islam atau perilaku yang tidak pantas. Rasulullah tetap memperlakukan istri-istrinya dengan kasih sayang dan keadilan yang tetap berada di bawah bayang-bayang keilahian dan kemuliaan budi pekerti beliau.
Sebagai contoh lain, ada riwayat yang menyebutkan bahwa Aisyah, salah satu istri Rasulullah, pernah merasa cemburu dan bertanya kepada beliau tentang Maryam, seorang budak wanita yang diberikan kepada beliau sebagai hadiah. Rasulullah menjelaskan dengan penuh kebijaksanaan dan kesabaran, memberikan penjelasan yang memuaskan hati Aisyah, menunjukkan bagaimana beliau memperlakukan istri-istrinya dengan kelembutan dan kebijaksanaan dalam situasi yang menantang.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa meskipun Rasulullah juga manusia yang memiliki emosi, kekecewaan, atau rasa tidak puas, beliau tetap menunjukkan contoh kebijaksanaan, kesabaran, dan keadilan dalam mengatasi konflik atau ketidaksepakatan dalam hubungan pernikahan. Rasulullah SAW tetap menjadi teladan yang unggul dalam tata hubungan keluarga, menunjukkan bagaimana penyelesaian konflik harus dilakukan dengan kebijaksanaan, kasih sayang, dan kesabaran.