Dahulu kala, di wilayah Yaman terhampar sebuah kerajaan yang dikenal sebagai kerajaan Saba’. Kerajaan ini membanggakan ibukotanya, Ma’arib, yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan budaya. Saba’ meraih kemakmuran besar berkat berlimpahnya sumber daya alam serta inovasi dalam perdagangan dan pertanian. Pendiri kerajaan ini adalah Saba ibn Yasyjub, yang memberikan nama pada kerajaan ini.
Kemakmuran kerajaan Saba’ terwujud melalui berbagai cara. Salah satunya adalah konstruksi bendungan-bendungan air yang mengagumkan, termasuk bendungan raksasa yang mendominasi ibukota Ma’arib. Bendungan ini tidak hanya sebagai prestasi teknik yang luar biasa, tetapi juga berperan penting dalam mengairi berbagai jenis tanaman dan kebun yang indah. Ini menghasilkan produksi buah-buahan yang melimpah, menciptakan kesejahteraan bagi penduduknya.
Namun, seperti banyak cerita tentang kemakmuran yang akhirnya pudar, kerajaan Saba’ menghadapi nasib yang suram. Bangsanya, yang awalnya makmur dan sejahtera, berbalik dari agama Allah dan menjadi lalai serta terlalu terikat dengan kehidupan duniawi yang mewah. Keinginan akan kemewahan dan kekufuran menjadi penyebab kejatuhan mereka.
Tuhan yang Maha Kuasa akhirnya menjatuhkan hukuman atas kerajaan Saba’. Bendungan raksasa Ma’arib runtuh dengan dahsyatnya, menenggelamkan seluruh rakyat Saba’ dan meruntuhkan kerajaan yang pernah makmur itu menjadi puing-puing.
Perlu dicatat bahwa dalam karya monumental Sirah Nabawiyah karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, diungkapkan bahwa pembangunan waduk dan bendungan di masa itu menggunakan metode canggih yang mengesankan. Bendungan Ma’arib memiliki peran sentral dalam perkembangan peradaban Saba’ karena perannya dalam penyediaan air untuk tanaman-tanaman yang berlimpah dan kebun-kebun yang subur.
Al-Qur’an juga memberikan pandangan yang menarik tentang hubungan dekat antara wilayah Yaman, Hijaz, dan Syam di masa lalu. Pedagang dan wisatawan dapat bepergian dari Yaman ke Syam tanpa kehilangan akses kepada tempat berteduh, air, atau makanan. Hal ini mencerminkan keberhasilan hubungan antarnegara dan kesejahteraan di wilayah tersebut.
Namun, cerita kerajaan Saba’ adalah pengingat bahwa kemakmuran materi tidak cukup untuk memastikan kelangsungan sebuah peradaban. Kekuatan iman dan kesyukuran terhadap Allah adalah faktor penting yang tidak boleh diabaikan. Keserakahan dan kekufuran, sebaliknya, bisa membawa kehancuran yang tidak terduga. Pelajaran berharga ini tetap relevan dalam dunia kita saat ini, mengingat pentingnya menjaga keseimbangan antara kemakmuran material dan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan kita.