Kematian Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW, masih menjadi perbincangan di kalangan masyarakat. Meski beberapa pendapat berbeda tentang tanggal pastinya, tidak dapat disangkal bahwa peran Abu Thalib sangat penting dalam melindungi Nabi dari berbagai ancaman yang mengancam dakwah Islam.
Menurut beberapa riwayat, pada saat-saat terakhirnya, Nabi Muhammad SAW berusaha meminta Abu Thalib untuk mengucapkan kalimat syahadat. Namun, interferensi dari pihak lain, seperti Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah, membuat situasi semakin kompleks. Meski Abu Thalib tetap teguh pada keyakinannya, bahwa dia memilih untuk tetap mempertahankan agama leluhurnya.
Ada satu pernyataan Nabi yang memberikan gambaran tentang perasaannya terhadap Abu Thalib, bahwa dia berada di “neraka yang dangkal” namun juga menyiratkan bahwa karena peran Nabi, dia menerima sedikit keberuntungan di akhirat.
Kisah Abu Thalib adalah contoh penting tentang pengorbanan dan kesetiaan terhadap keluarga. Meskipun dia tidak mengikuti agama Nabi, peran dan perlindungannya terhadap Nabi tidak dapat dipandang remeh. Dia adalah benteng yang kuat dalam membela dakwah Islam dari serangan para musuh.
Meski akhirnya dia tetap berpegang pada agama nenek moyangnya, cerita Abu Thalib memberikan pelajaran tentang pentingnya melindungi dan mendukung satu sama lain, terlepas dari perbedaan keyakinan. Abu Thalib adalah contoh nyata tentang bagaimana kesetiaan dapat melampaui perbedaan ideologi. Meskipun dia tidak memeluk Islam, kontribusinya tidak boleh dilupakan.