Pada suatu ketika, Utsmani bin Thalhah melihat Mus’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah. Utsmani terkejut, lalu kemudian melaporkan apa yang telah dilihatnya kepada ibunda Mus’ab bin Umair. Ibunda Mus’ab bin Umair yang mendengar kabar itu kecewa sejadi-jadinya. Dia benar-benar tidak percaya karena anaknya berani meninggalkan kepercayaan nenek moyang karena ajaran baru yang dibenci kaum Quiraisy.
Itulah kenapa setelah mendengar kabar tersebut, Ibunda Mus’ab Bin Umair mengancam bahwa dia tidak akan makan maupun minum dan akan terus berdiri tanpa naungan, baik di siang yang panas atau di malam yang dingin, sampai Mus’ab bin Umair meninggalkan agama baru yang ia peluk.
Tentu saja sang kakak, Abu Azis bin Umair tidak tega melihat sang ibu tersiksa atas kelakukan sang adik. Hingga pada suatu ketika, Abu Azis berucap.
“Ibu, biarkanlah ia. Pada dasarnya ia adalah pemuda yang sudah terbiasa dengan kenikmatan dan kekayaan. Semisal ia dibiarkan dalam keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya.”
Atas usul dari kakaknya tersebut. Mus’ab bin Umair ditangkap dan dikurung oleh keluarganya sendiri. Dia terus diberi perlakuan buruk oleh keluarganya sendiri. Keluarganya tidak akan berhenti sampai dia meninggalkan keislamannya dan kembali ke jalan hidup lama saat dia dilahirkan.
Hari demi hari berlalu, namun Mus’ab bin Umair tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan keislamannya. Keluarga yang kesal pun mulai melakukan siksaan fisik kepada Mus’ab. Bahkan sang ibu yang sangat menyayanginya pun ikut menyiksa Mus’ab sampai terdapat banyak sekali luka di tubuhnya.
Semenjak kejadian-kejadian beruntun terus terjadi. Mus’ab bin Umair pun kehidupannya mulai berubah. Pemuda yang awalnya hidup dengan bergelimang harta, berubah menjadi pemuda lusuh yang penampilannya tak lebih dari seorang pemuda miskin yang sudah tidak punya apa apa. Zubair bin al-Awwam mengatakan sesuatu tentang Mus’ab Bin Umair :
“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dengan para sahabat di Masjid Quba, lalu kemudian datanglah Mush’ab bin Umair dengan berpakaian kain burdah (jenis kain yang bahannya kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang yang melihatnya pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam.
Mereka menjawab salamnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda,
“Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya.” (HR. Hakim No. 6640)
