Kisah ini membawa kita ke dalam sudut tersembunyi Madinah, di mana Abu Bakar, sahabat dekat Nabi Muhammad SAW, sedang melakukan perjalanan harian. Hari itu, saat matahari mulai meredup, Abu Bakar menemukan sesuatu yang membuatnya terkejut. Meskipun telah berkeliling kota itu setiap hari, baru kali ini dia menemukan sebuah gubuk yang tersembunyi dari pandangan banyak orang.
Dengan penuh sopan, Abu Bakar meminta izin untuk memasuki gubuk tersebut. Namun, yang dia dengar adalah suara lemah yang meminta dia masuk. Abu Bakar masuk perlahan, dan ketika melihat apa yang ada di dalam, hatinya tergetar.
Di gubuk itu, seorang wanita tua terbaring tak berdaya. Pandangan Abu Bakar menyapu gubuk yang tampaknya kosong dan terlantar. Tidak ada makanan. Tidak ada minuman. Abu Bakar merasa tersentuh oleh pemandangan yang ada di depannya, hingga sulit untuk menahan air mata.
Dengan hati yang berat, dia akhirnya bertanya, “Siapa yang merawatmu, wahai Ibu?”
Wanita tua itu memalingkan wajahnya yang lemah ke arah Abu Bakar, menarik nafas dalam-dalam, dan dengan suara lemah menjawab, “Setelah anakku meninggal syahid di jalan Allah, aku tidak lagi memiliki siapa-siapa di dunia ini, kecuali Allah yang Maha Hidup.”
“Semenjak anakku pergi, tidak ada yang pernah menengokku, kecuali engkau saat ini,” tambahnya.
Kata-kata itu membuat Abu Bakar semakin terdiam, sementara perasaan iba mengguncang hatinya. Kemudian, dengan suara lembut, Abu Bakar bertanya lagi, “Apa yang kau makan selama ini, wahai Ibu?”
Ibu tua itu menjawab, “Sebelum anakku meninggal, ia meninggalkan beberapa buah kurma dan segenggam air untukku. Aku makan dua atau tiga kurma setiap hari, dan aku minum dua tetes air, sampai simpanan kurma dan air itu habis.”
Mendengar pengakuan Ibu tua itu, Abu Bakar tidak dapat menahan tangisnya. Tanpa ragu, dia berdiri dan memulai shalat, memohon ampunan kepada Allah SWT.
Sejak saat itu, Abu Bakar menjadikan kewajiban untuk datang dan merawat wanita tua tersebut. Ia mengunjunginya lebih dari sekali sehari, memberikannya makanan dan minuman. Ia dengan rendah hati melayani wanita tua itu seolah-olah dia adalah pelayannya.
Kisah Abu Bakar ini mengingatkan kita akan pentingnya kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Sekecil apapun tindakan kebaikan kita dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan orang lain. Abu Bakar, dengan hati yang tulus, mengajar kita bahwa tindakan kecil yang penuh kasih sayang dapat mengubah hidup seseorang. Kita semua dapat belajar dari contohnya dan merenungkan bagaimana kita bisa memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk berbuat baik dan peduli terhadap sesama.